Pada umumnya Mozzarella yang dijual di Eropa dikemas dalam kondisi tercelup di cairan Whey. Hal ini dilakukan produsen keju Mozzarella Eropa untuk menjaga cita rasa. Namun masa simpan dari metode penyimpanan ‘basah’ ini sangat singkat, yakni hanya sekitar 3 – 4 bulan karena Mozzarella dan cairan Whey mengandung bakteri baik yang tidak ikut mati selama proses produksi berlangsung. Sebaik-baiknya bakteri, tetap akan merusak jalinan matrix casein Mozzarella sehingga tidak lagi bisa mulur seperti karet dan juga akan meningkatkan tingkat keasaman Mozzarella tersebut.
Seiring berkembangnya teknologi, kemasan kedap udara / vacuum pun menjadi alternatif untuk menekan pertumbuhan bakteri sehingga memperpanjang waktu penyimpanan. Seperti vacuum cleaner yang mampu menyedot benda padat dan cair, kondisi vacuum dalam kemasan mampu menyedot cairan yang terdapat di dalam keju Mozzarella keluar ke permukaan. Apalagi Mozzarella adalah keju dengan kadar air yang tinggi, yakni berkisar antara 40 – 60%.
Lalu apakah berarti keju Mozzarella tersebut rusak? Tentu tidak. Semakin rendah kadar air Mozzarella, semakin kenyal pula teksturnya. Tergantung dari penggunaan, kita dapat menambah percikan air atau minyak di atas keju saat memanggang atau memasak agar hasilnya tidak terlalu gosong. Hanya memang, ada kemungkinan cita rasa akan sedikit berkurang.
Tentu saja, kekentalan / viskositas cairan di dalam keju Mozzarella sangat berpengaruh terhadap jumlah cairan yang tersedot keluar. Semakin dingin suhunya, semakin kental pula cairan di dalam keju sehingga semakin sulit untuk tersedot. Inilah satu alasan untuk menyimpan keju Mozzarella yang masih terkemas vacuum pada suhu dingin. Lebih baik lagi dalam kondisi beku.